May Day: Alun-Alun Tugu Kota Malang Menggema

Dermotimes.id – Ribuan buruh dari berbagai serikat pekerja di Kota Malang dan sekitarnya menggelar aksi damai memperingati Hari Buruh Internasional (May Day). Dengan membawa poster, spanduk dan seragam organisasi. Para buruh menyuarakan tuntutan yang mencakup kenaikan upah minimum, penghapusan sistem kerja kontrak berkepanjangan (outsoursing) serta perlindungan sosial dan Kesehatan kerja yang lebih adil.

Aksi damai yang berlangsung pada Kamis siang, 1 Mei 2025 tersebut mengusung tema “solidaritas perjuangan buruh Indonesia” sebagai bentuk seruan terhadap keadilan sosial dan perlindungan hak-hak pekerja. Para massa aksi melakukan long march dimulai dari stadion gajayana menuju pelataran DPRD Kota Malang.

Cak Aksi, salah satu orator dari Solidaritas Perjuangan Buruh Indonesia (SPBI), menegaskan bahwa hari buruh bukan sekedar seremonial, melainkan momentum konsolidasi perjuangan kelas pekerja. Tak hanya itu, kami juga menolak UU Cipta Kerja yang melemahkan posisi tawar buruh serta hak atas kepastian kerja dan penghidupan layak semakin sulit diwujudkan.

“Kami datang bukan untuk membuat keributan, tapi untuk menyuarakan hak dasar kami sebagai warga negara yang telah membangun negara ini. Selain itu, kami juga menolak secara tegas tekait Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2023 tentang Cipta Kerja, yang dinilai merugikan pekerja dengan membuka ruang luas bagi sistem kerja kontrak dan outsourching tanpa batas”, tegas Cak Aksi.

Selain itu, massa aksi juga menuntut revisi atas Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2024 tentang Pengembangan dan Perlindungan Tenaga Kerja, yang dianggap tidak berpihak pada kepentingan buruh dan terlalu mengakomodasi kepentingan pasar kerja fleksibel.

Mereka menilai UU tersebut belum secara tegas menjamin perlindungan jangka panjang bagi pekerja sektor informal maupun formal serta belum memberi ruang partisipasi luas bagi serikat buruh dalam pengambilan kebijakan.

Tak hanya dari kalangan buruh, aksi ini juga mendapat dukungan dari kelompok mahasiswa yang tergabung dalam berbagai organisasi pergerakan. Mereka menyuarakan solidaritas terhadap perjuangan kelas pekerja dan mengkritik arah kebijakan negara yang dianggap menjauh dari prinsip keadilan sosial.

Alfat, salah satu massa aksi dari kelompok mahasiswa Universitas Muhammadiyah Malang dalam orasinya mengatakan, masalah ketenagakerjaan bukan hanya isu buruh, tapi persoalan masa depan generasi muda. Kami menolak tumbuh di tengah sistem kerja yang eksploitatif dan tidak manusiawi.

“Kami juga menyoroti komersialisasi pendidikan tinggi yang dianggap memperkuat logika pasar dalam dunia kerja, dimana lulusan hanya dipersiapkan sebagai tenaga murah tanpa perlindungan memadai. Perjuangan buruh dan mahasiswa merupakan satu kesatuan dalam memperjuangkan sistem ekonomi-politik yang lebih adil”, ujar Alfat.

Hari Buruh Internasional yang diperingati setiap 1 Mei menjadi pengingat akan pentingnya menciptakan sistem kerja yang manusiawi, adil, dan berkelanjutan di tengah perkembangan ekonomi dan teknologi. Suara buruh hari ini yang menggema di Kota Malang, merupakan cerminan aspirasi pekerja di daerah.

 

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *